KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SKI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

    Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi sesuai dalam kehidupan masyarakat. Adapun pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia, yaitu bangsa yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

    Ada beberapa karakteristik anak usia Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah dalam pembelajaran SKI. Sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik tersebut. Pemahaman terhadap peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyyah dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyyah dapat dijadikan titik awal untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.
    Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai karakteristik peserta didik dalam pembelajaran SKI (sejarah kebudayaan Islam).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan peserta didik?
2. Bagaimana karakteristik peserta didik?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran sejarah kebudayaan islam?
4. Bagaimana karakteristik dan implikasinya dalam pembelajaran SKI?

BAB II
PEMBAHASAN

C. Pengertian Peserta Didik

Menurut perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis makhluk ”homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan. Dalam pengertian ini peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki potensi terpendam, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap.

Menurut perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Menurut perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.”

Berdasarkan beberapa perspektif definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik yaitu manusia yang memiliki potensi yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing yang membutuhkan binaan, bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya pada jalur pendidikan.

Lebih lanjut Enung Fatimah menjelaskan bahwa setiap individu dikatakan sebagai peserta didik apabila ia telah memasuki usia sekolah. Pada umumnya Usia 4 sampai 6 tahun, di taman kanak-kanak. Usia 6 atau 7 tahun sekolah dasar. Usia 13-16 tahun di SMP dan usia 16-19 tahun di SLTP. Jadi, peserta didik adalah anak, individu, yang tergolong dan tercatat sebagai siswa di dalam satuan pendidikan.

D. Karakteristik PesertaDidik

Setiap anak adalah unik. Kita dapat melihat perbedaan-perbedaan individual pada diri seorang anak. Bahkan dengan latar belakang usia hampir sama, akan memperlihatkan penampilan, kemampuan, tempramen, minat dan sikap yang berbeda.

Dalam kajian psikologi, masalah individu mendapat perhatian yang besar, sehingga melahirkan suatu cabang psikologi yang dikenal dengan individual psychology, atau deferential psychology, yang memberikan perhatian besar terhadap penelitian tentang perbedaan antar individu. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa di dunia ini tidak ada dua orang persis sama. Bahkan anak kembar sekalipun masih ditemukan adanya beberapa dimensi perbedaan antara keduanya.

Setiap individu memiliki ciri, sifat bawaan (heredity), dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan sekitarnya. Ahli psikologi berpendapat bahwa kepribadian dibentuk oleh perpaduan faktor pembawaan dan lingkungan.

Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap (ajeg), sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan faktor psikologis lebih mudah berubah karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan.

Berdasarkan keterangan tersebut, secara umum perbedaan individual dapat di bedakan menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertikal dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah (biologis), seperti: bentuk, tinggi, besar, kekuatan dan sebagainya. Sedangkan perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti: tingkat kecerdasan, minat, bakat, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagaiinya.

Berkenaan dengan hal tersebut peserta didik sebagai individu memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya yaitu: 
1. Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal.

2. Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang. Artinya, peserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya secara wajar., baik yang ditunjukkan kepada diri sendiri maupun diarahkan pada penyesuaian dengan lingkungannya.

3. Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi. Sebagai individu yang sedang berkembang maka proses pemberian bantuan dan bimbingan perlu mengacu pada tingkat perkembangannya.

4. Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Dalam perkembangannya peserta didik memiliki kemampuan untuk berkembang kearah kedewasaan. Disamping itu, dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orang tua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.

E. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

Pembelajaran secara harfiah berarti proses belajar. Pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru.

Kurikulum 2013, mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan.

Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum adalah salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman, dan pembiasaan.

Dari keterangan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yaitu proses penambahan pengetahuan dan wawasan tentang sejarah Islam melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life).

F. Karakteristik Peserta Didik dan Implikasinya dalam Pembelajaran SKI

Karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebaggai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu baik hal fisik, mental maupun emosional ini biasanya digunakan istilah Nature (alam atau sifat dasar) adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang yang dibawa sejak lahir atau yang diwarisi sebagai sifat pembawaan, sedangkan Nurture (pemeliharaan, pengasuhan) adalah faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi individu sejak dari masa pembuahan sampai selanjutnya.

Nature dan nurture ini merupakan faktor yang mempengaruhi karakteristik individu. Adanya karakteristik individu yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan tersebut jelas membawa implikasi terhadap proses pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, proses pendidikan disekolah harus disesuaikandengan karakteristik peserta didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, maka secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar secara optimal. Ini berarti bahwa didalam proses belajar mengajar setiap individu atau peseta didik memerlukan perlakuan yang berbeda, sehingga startegi dan usaha pelaksanaannya pun akan berbeda-beda dan bervariasi. Dalam pembicaraan mengenai karakteristik individu peserta didik ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Karakteristik yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, seperti kemempuan intelektual, kemempuan berfikir dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor. 

2. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosio-kultural. 

3. Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.

Pemahaman tentang karakteristik individu peserta didik ini memiliki arti penting dalam interaksi belajar mengajar. Bagi seorang guru khususnya informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih cepat, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik. Dengan pemahaman atas karakteristik individu peserta didik ini, guru dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen belajar mengajar secara optimal. Disamping itu, pemahaman atas karakteristik individu peserta didik juga sangat  bermanfaat bagi guru dalam memberikan motivasi dan bimbingan bagi setiap individu peserta didik kearah keberhasilan belajarnya.

Berkenaan dengan hal tersebut bila kita lihat dari karakteristik peserta didik usia sekolah menengah (SMP/SMA), dapat di bedakan dalam dua tahap perkembangan:

1. Anak usia sekolah menengah (SMP).
Menurut banyak ahli anak usia sekolah menengah berada pada tahapan perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:

a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbul ciri-ciri seks sekunder.
c. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
d. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan.
e. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
f. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.
Adapun karakteristik anak usia sekolah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:
a. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui kegiatan-kegiatan positif.
c. Menerapkan pendekatan pembelajaan yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
d. Meningkatkan kerjasama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi siswa.
e. Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggung jawab.

2. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dn masa kehidupan dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencaran jati diri. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu :
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.

b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

c. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

d. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

e. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

f. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

g. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

h. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan reigiusitas.
Berbagai karakteristik perkembangan remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Diantara yang dapat dilakukan guru yaitu:

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika.

b. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olah raga, kesenian dan sebagainya.

c. Melatih siswa mengembangkan kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.

d. Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

e. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berfikir kritis, reflektif, dan positif.

f. Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama

g. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala keluhan dan problem yang dihadapinya.

Berdasarkan keterangan tersebut diatas, bila kita kaitkan dengan pembelajaran SKI, maka seorang guru perlu untuk memahami karakteristik individu peserta didik, sehingga dapat memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih efektif serta efisien, yang sekiranya dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik, sehingga siswa mampu mengenal, memahami, serta menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang kemudian dapat dijadikan dasar pandangan hidupnya.

BAB III
SIMPULAN
Peserta didik merupakan manusia yang memiliki potensi yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing yang membutuhkan binaan, bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya pada jalur pendidikan.

Setiap peserta didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, baik perbedaan dari aspek fisik maupun psikologis. Perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap peserta didik, mengharuskan seorang guru agar mengetahui setiap karakteristik yang ada pada setiap pesrta didik sehingga guru tersebut dapat menentukan cara pengajaran yang efektif dan efisien.

Sebagaimana kita ketahui bahwa mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik dalam mengenal, memahami, menghayati sejarah Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, keteladanan, penggunaan pengalaman, dan pembiasaan.

Berkenaan dengan hal tersebut, implikasi karakteristik peserta didik terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah bahwa seorang guru perlu memahami karakteristik individu peserta didik, karena informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang efektif dan efisien. Dengan pemahaman atas karakteristik individu peserta didik ini, guru dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen belajar mengajar secara optimal sehingga tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran SKI dapat dicapai secara maksimal.


Referensi :
Desmita.  2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung : Pustak Setia.
Saefuddin, Asis dan Ika Berdiati. 2015.  Pembelajaran Afektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Bandung : Pustak Setia, 2008)
Asis Saefuddin dan Ika Berdiati, Pembelajaran Afektif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015)
Ruang Belajar Channel
Ruang Belajar Channel Education Content Creator

Posting Komentar untuk "KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN SKI"