PROSES SOSIAL DAN PENDIDIKAN

     


A.      Pengertian Proses Sosial dan Pendidikan

  1. Pengertian proses sosial

Pengertian proses sosial menurut beberapa pakar adalah sebaai berikut:
a.    Menurut Gillin dn Gillin, proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang/kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan.
b.  B.Menurut Solo Soemardjan dan Soelaiman Soemari, proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.[1]
c.     Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara hidup yang telah ada. Atau dengan perkataan lain proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.[2]

     Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa proses sosial merupakan cara-cara berhubunngan yang dilihat apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan yang menimbulkan suatu pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama.

      Dengan proses sosial dimaksudkan “cara-cara interksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila individu-individu dan kelompok-kelompok bertemu mengadakan sistem perhubungan mengenai cara-cara hidup yang telah ada. Dengan kata lain apabila dua orang atau lebih saling berhubungan (mengadakan interaksi), maka akan terjadi apa yang dinamakan proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang, orang dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Yang satu memberi dorongan kepada yang lain, yang dibahas dengan reaksi secara timbal balik.[3]


2. PengertiaPendidikan


    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa melalui pendidikan, satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku; tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.[4]

Berikut ini adalah beberapa pengertian dari pendidikan :
a.         Dalam undang-undang Republic Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1 dikemukakan:
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan mendatang.
b.         Ahmad D. Marimba mengajukan definisi sebagai berikut :
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
c.         Jamil Shaliba dari lembaga bahasa arab Damaskus mengemukakan bahwa pendidikan adalah (Arab, Al-Tarbiyah; Perancis, Education; Inggris, Education culture; Latin, Educatio) ialah pengembangan fungsi-fungsi psikhis melalui latihan sehingga mencapai kesempurnaan sedikit demi sedikit.
d.        M.J. Langeveld, pendidikan adalah kegiatan membimbing anak manusia menuju pada kedewasaan dan kemandirian.

        Dari definisi menurut beberapa tokoh dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada si terdidik untuk mencapai kesempurnaan kedewasaan dan kemandirian di masa yang akan datang (nasa depan).[5]


B.       Interaksi Sebagai Dasar Proses Social

Elemen penting terjadinya proses sosial di masyarakat adalah terjadinya Interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci utama dari semua segi kehidupan sosial. Karena tanpa interaksi tidak akan mungkin terjadi perubahan atau gerak sosial dalam masyarakat.[6]

Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagaimana yang didefinisikan oleh beberapa pakar berikut ini :

a.    Menurut Bonner, interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan insdividu yang lain, dan sebaliknya.
b.    Menurut pendapat Young, interaksi sosial ialah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih.
c.    Menurut psikologi tingkah laku (Behavioristic Psycology), interaksi berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak individu.[7]

Interaksi dalam kehidupan masyarakat sebenarnya telah dimulai sejak dalam kandungan. Namun hanya ibu yang mengandung dan anak-anak yang ada dalam kandungan yang hanya merasakan bagaimana ia berhubunga, namun bentuk interaksi yang dilakukan antara anak yang ada dalam kandungan dan ibu yang mengandung belumlah dikatakan sebagai interaksi sosial, isyarat-isyarat yang ditimbulkan oleh bayi yang ada dalam kandungan.

Interaksi dalam konteks ini adalah hubungan antara dua individu atau lebih, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang dilakukan secara dinamis dan terus menerus serta menimbulkan arus timbal balik dalam kehidupan masyarakat.[8]
        Lebih lanjut dari interaksi sosial ialah dapat terjadinya interaksi personal sosial, yaitu interaksi dengan “orang” (person) dalam situasi (lingkungan) sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya sewaktu menyusui, dibuai, dan seterusnya. Selain itu dapat juga terjadi interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok orang/orang-orang itu.
    Interaksi personal sosial dan kultural sangat erat hubugannya dengan proses pembelajaran semasih bayi, seperti waktu/jam menyusui, kemudian ditambah/diselingi dengan bubur, nasi tim, buah-buahan,, sampai saatnya disapih (anak tidak menyusui lagi), dan seterusnya. Hal ini berarti anak belajar dari norma keluarganya, lingkungannya, norma masyarakat/sosial.[9]
        Dalam teori Simmel disebutkan bahwa bentuk-bentuk dimana proses interaksi dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang dikejar melalui interaksi. Isi kepentingan itu dapat meliputi kepentingan objektif, keuntungan, bantuan atau instruksi, dan berbagai cara yang dilakukkan manusia yang dapat menyebabkan manusia lainnya untuk hidup bersma, untuk bertindak, serta untuk mempengaruhi orang lain dan dipengaruhi orang lain.[10]
    Interaksi sosial sebagai proses pengaruh mempengaruhi pada akhirnya akan menghasilkan hubungan tetap dan memungkinkan dalam proses pembentukan struktur sosial. Dalam proses interaksi, komunikasi menjadi alat, karena itu komunikasi menjadi salah satu faktor penentu dalam interaksi sosial.
      Interaksi sosial akan berlangsung selama pihak-pihak yang terlibat menginginkan atau merasa ada keuntungan yang bisa didapat dari proses interaksi dengan pihak lain.
Terkait dengan hal tersebut diatas, maka interaksi sosial di masyarakat didasarkan pada berbagai faktor yaitu faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi dan faktor simpati.

1.    Faktor imitas,i merujuk pada sifat dan sikap manusia yang mudah meniru dan berperilaku sama dengan orang yang ditiru.
2.    Faktor sugesti, merupakan sikap yang ditunjukkan seseorang dalam memberikan pandangan-pandangannya, atau kemampuannya kepada orang lain, yang kemudian diterima tanpa mempertimbangkan bik dan buruknya.
3.    Faktor identifikasi, faktor identifikasi ini menunjuk pada sikap atau perilaku seseorang untuk mengidentikkan dirinya dengan orang lain. Proses ini biasanya berlangsung manakala seseorang memerlukan tipe-tipe ideal yang patut untuk dicontoh dalam proses kehidupannya.
4.    Faktor simpati, merupakan sikap dan perasaan yang mendalam pada seseorang. Dalam proses simpati ini, perasaan memegang peranan penting, walaupun dorongan utama sikap simpati adalah keinginan untuk memahami fihak lain untuk bekerja sama atau mempunyai tujuan-tujuan untuk bersama dengan fihak yang disimpati.

Dari beberapa faktor terjadinya interaksi sosial tersebut, jelas bahwa sebenarnya interaksi sosial juga melibatkan sikap maupun harapan-harapan dari masing-masing individu.

Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam interaksi sosial, dimana interaksi sosial ini tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi beberapa syarat. Soekanto dalam bukunya Abdul Rahmat, “Sosiologi Pendidikan”, mengemukakan bahwa syarat minimal yang harus ada apabila interaksi sosial akan dilakukan meliputi :

1.    Adanya kontak sosial (social contact)
2.    Adanya komunikasi.

Kontak sosial secara harfiah merupakan hubungan yang terjadi antara dua orang individu dengan individu lainnya, baik dengan menyentuh bagian tubuhny ataupun dengan melambangkan sebagai isyarat.

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : antara orang perorang, antara orang perorang dengan kelompok manusia atau sebaliknya. Dan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Komunikasi adalah penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti kepada pihak lain. Dalam interaksi sosial komunikasi mempunyai peranan penting, dan bahkan menentukan berlangsungnya suatu interaksi sosial dalam tatanan proses sosial di masyarakat [11]


C.    Proses Sosial didalam Pendidikan

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas proses sosial merupakan cara-cara berhubunngan yang dilihat apabila orang perorangan atau kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan yang menimbulkan suatu pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Maka pendidikan mempunyai kewajiban menganalisa evolusi dari lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia, dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi prinsipnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial itu selalu saling mempengaruhi .

Sosiologi pendidikan sebagaimana yang kita ketahui merupakan suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi proses social, dengan pendidikan. Dalam hubungan ini, dapat dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan. Juga sebaliknya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat.

Dengan pemahaman konsep masyarakat seperti di atas, maka sosiologi pendidikan mengkaji masyarakat, yang di dalamnya terdapat proses dan pola interaksi social, dalam hubungannya dengan pendidikan. Hubungan dilihat dalam sisi saling memengaruhi. Masyarakat sebagai realitas ekstrenal-objektif akan menuntun individu dalam melakukan kegiatan pendidikan seperti apa saja isi dari pendidikan, bagaimana mendidiknya, siapa yang mendidik dan dididik, dan budaya, termasuk di dalamnya hkum, ideologi, dan agama. Dalam agama Islam, misalnya, seorang anak dididik tentang nilai halal atau haram dari suatu makanan. Daging ayam boleh dikonsumsi karena ia dikategorikan makanan halal. Namun apabila ayam ini disembelih tidak dengan atas nama Allah, yaitu tidak mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, maka makanan ini dipandang haram. Juga tidak boleh menyantap makanan dengan berdiri.

Selanjutnya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat yang di dalamnya ada proses interaksi social? Banyak aspek dari kehidupan (anggota) masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan. Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan dipengaruhi salah satunya oleh pendidikannya. Demikian pula dengan pola konsumsi dan pola pengasuhan anak dipengaruhi oleh pendidikan.

Dari figur diatas diperoleh pemahaman bahwa masyarakat merupakan suatu realitas yang didalamnya terjadi proses interaksi sosial daan terdapat pola interaksi sosial. Hubungan antara pendidikan dan masyarakat, termasuk didalamnya ada proses dan pola interaksi, bersifat saling mempengaruhi atau pengaruh timbal balik.

Berikut contoh terjadinya hubungan proses sosial dan pendidikan :

Tsabita adalah seorang anak perempuan yang berusia enam tahun. Dia mengikuti PG, TK, selanjutnya SD yang dikelola oleh sebuah yayasan pendidikan Islam di Padang. Sebelum masuk PG, TK, dan SD, Tsabita menjadikan kedua orang tuanya sebagai panutan dan rujukan dari segala perilakunya. Namun hal ini berubah ketika dia memasuki PG, TK, dan SD. Sekolah mengubah significant other utama dari orang tua kepada guru. Jika ada sesuatu yang berbeda dilakukan oleh orang tuanya dengan apa yang diterimanya dari guru, dia akan protes tentang hal ini. Misalnya jika dia melihat bundanya sedang minum atau makan berdiri, maka dia akan berteriak sambil menyebut hadits yang melarang minum atau makan sambil berdiri. Atau jika dia meminta sesuatu yang disarankan oleh guru, maka sesuatu ini harus sama persis dengan apa yang disarankan oleh gurunya. Jika tidak Tsabita tidak mau menerimanya. Memang guru adalah teladan utama bagi anak-anak TK dan SD



DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1982. Sosiologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu,
Aly, Hery Noer. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Ciputat: PT logos Wacana Ilmu,
Gunawan, Ary H. 2000. Sosiologi Pendidikan.  Jakarta :  Rineka Cipta.
Rahmat, Abdul. 2012. Sosiologi Pendidikan. Gorontalo : Ideas Publishing,
Soekanto. Soerjono dan Budi Sulistyowati. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.





[1] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta :  Rineka Cipta, 2000), hlm. 30.
[2] Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 55.
[3] Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), hlm. 94-95.
[4] Damsar, Pengantar Sosiolog Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), hlm. 8-9.
[5] Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: PT logos Wacana Ilmu, 1999. Hlm. 2-10
[6] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan, (Gorontalo : Ideas Publishing, 2012), hlm. 19.
[7] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan., hlm. 30-31.
[8] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm. 20.
[9] Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan., hlm. 31-32.
[10] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm. 20.
[11] Abdul Rahmat, Sosiologi Pendidikan., hlm. 
Ruang Belajar Channel
Ruang Belajar Channel Education Content Creator

Posting Komentar untuk "PROSES SOSIAL DAN PENDIDIKAN"