Indonesia memiliki perjalanan yang panjang dalam mencapai kemerdekaannya saat ini. Penasaran? Yuk simak, sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia berikut ini.
Indonesia
merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki sejarah panjang dalam meraih
kemerdekaannya. Mulai dari Indonesia yang masih berupa nusantara dan memiliki
sistem pemerintahan berupa kerajaan, hingga ke Indonesia yang saat ini telah
membentuk sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tentunya, ada banyak cerita
yang terjadi di balik perjalanan Indonesia untuk bebas dari belenggu
penjajahan.
Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang membanggakan ini,
berikut kami paparkan informasi lengkapnya.
Apa Itu Proklamasi Kemerdekaan?
Sebelum kita
lanjut ke perjalanan pahlawan Indonesia hingga berhasil sampai di titik
proklamasi kemerdekaan, maka ada baiknya untuk kamu mengetahui apa itu
proklamasi kemerdekaan.
Jika kita lihat
dari aspek kebahasaan, maka kita akan mengetahui bahwa proklamasi berasal dari
bahasa Latin, yakni proclamare. Kata
ini memiliki arti sebagai pemberitahuan
atau pengumuman kepada publik.
Yangmana, pengumuman tersebut memiliki kaitan erat dengan ketatanegaraan.
Maka, dapat kita
simpulkan bahwa proklamasi kemerdekaan memiliki arti pemberitahuan atau
pengumuman kepada publik (warga negara sendiri dan dunia), bahwa negaranya
sudah merdeka dan bebas dari penjajahan negara manapun.
Namun, perjalanan
untuk dapat menyampaikan proklamasi kemerdekaan ini tidaklah mudah, lho. Sama
seperti apa yang telah Indonesia lalui. Oleh karena itu, berikut kami berikan
rangkuman perjalanan Indonesia hingga dapat melakukan proklamasi kemerdekaan.
Perjalanan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Seperti yang
telah kami paparkan sebelumnya, perjalanan Negara kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) untuk dapat mencapai momen kemerdekaan Indonesia tidaklah singkat. Ada
berbagai cerita, tragedi, dan momen-momen bersejarah lainnya yang mewarnai
perjalanan tersebut.
Pastinya, ada
banyak peristiwa penting yang menjadi latar belakang berlangsungnya proklamasi
kemerdekaan Indonesia. Salah satunya adalah adanya tragedi bom
Hiroshima-Nagasaki yang terjadi di Jepang pada 6 dan 9 Agustus 1945. Melihat
adanya peluang kekalahan yang akan Jepang alami di Perang Dunia II, maka
pahlawan perjuangan kemerdekaan Indonesia pun mengambil kesempatan untuk
mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Namun, tentu saja
tidak semudah itu Indonesia dapat langsung mengumumkan kemerdekaannya. Maka,
berikut kami rangkum informasinya khusus buat kamu.
Diskusi di
Dalat
Babak pertama
dari perjalanan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah adanya diskusi atau
pertemuan yang terjadi di Dalat.
Jepang, setelah
mengalami tragedi pengeboman Hiroshima-Nagasaki, akhirnya menyerah kepada
sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Ternyata, dua hari sebelum Jepang menyerah
kepada sekutu, tepatnya pada tanggal 12 Agustus, Jenderal Terauchi mengirimkan
undangan kepada tiga tokoh nasional Indonesia. Yakni, Dr. Radjiman
Wedyodiningrat, Drs. Mohammad Hatta, dan Ir. Soekarno.
Panglima besar
tentara Jepang di Asia Tenggara tersebut kemudian menyampaikan tujuannya
mengundang ketiga tokoh nasional Indonesia itu. Yakni:
- Pemerintah Jepang
sepakat untuk memberikan kemerdekaan kepada negara jajahannya, yakni
Indonesia.
- Pembentukan PPKI atau
Panitia Persatuan Kemerdekaan Indonesia.
- Proklamasi kemerdekaan
akan dilaksanakan secepatnya setelah semua persiapan selesai. Yang bermula
dari Pulau Jawa dan kemudian disusul oleh negara lainnya.
- Wilayah Indonesia terdiri atas seluruh wilayah yang
sebelumnya adalah Hindia-Belanda.
Momen diskusi
yang seharusnya menjadi gerbang emas menuju kemerdekaan, ternyata tak luput
dari konflik yang mewarnai. Yakni, adanya perseteruan antara golongan tua dan
golongan muda.
Diskusi Antara Soekarno & Hatta dan
Jenderal Mayor Nishimura & Laksamana Muda Maeda
Selanjutnya, mari
kita bahas tentang cerita pertemuan antara Seokarno dan Bung Hatta dengan
Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda.
Setelah urusan di
Dalat selesai, Soekarno-Hatta kemudian bertolak ke Jakarta bersama dengan
Laksamana Muda Tadashi Maeda. Mereka kemudian menemui Jenderal Mayor Moichiro
Yamamoto, yang saat itu merupakan Staf Tentara XVI (Angkatan Darat) yang juga
menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Militer Jepang (Gundeikan) di
Hindia-Belanda.
Akan tetapi,
kehadiran Soekarno-Hatta ternyata tidak diterima oleh Jenderal Mayor Moichiro
Yamato. Sehingga, pertemuan dengan Soekarno-Hatta pun diibahkan kepada Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura.
Mayor Jenderal
Otoshi Nishimura kemudian mengutarakan adanya perintah dari Tokyo pada tanggal
16 Agustus 1945, bahwa Jepang tidak bisa memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Hal ini karena Jepang harus mempertahankan status quo-nya saat itu.
Tentu saja, hal ini membuat Soekarno-Hatta merasa kecewa kepada Jepang. Hingga
akhirnya, Soekarno-Hatta pun menyatakan kepada Nishimura agar tidak menghalangi
perjuangan PPKI untuk memerdekakan Indonesia.
Setelah pertemuan
dengan Nishimura, Soekarno-Hatta bersama Miyoshi kemudian bergegas menuju ke
kediaman Laksamana Maeda. Seokarno dan Bung Hatta kemudian menyusun teks
proklamasi dengan Achmad Soebardjo, yang disaksikan oleh Sukarni, Sayuti Melik,
dan B.M. Diah Sudiro (Mbah).
Dalam proses
penyusunan teks proklamasi, terjadi konflik akibat adanya campur tangan
Shigetada Nishijama. Ia memberikan saran agar pemindahan kekuasaan yang
dilakukan hanya berupa kekuasaan administratif saja. Tentu saja, hal ini
ditentang oleh seluruh tokoh nasional yang saat itu hadir. Tetapi, ada beberapa
kelompok yang mendukung usulan Nishijima.
Setelah seluruh
konsep rampung, Sayuti Melik kemudian mengetikkan naskah proklamasi dengan
meminjam mesin tik milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Kemudian, rencana pembacaan
naskah proklamasi berlangsung di Lapangan Ikada pun berubah menjadi di kediaman
Soekarno. Yakni, di jalan Pegangsaan Timur No. 56. Hal ini terjadi karena
adanya alasan keamanan.
Peristiwa
Rengadengklok
Selanjutnya, mari
kita membahas tentang peristiwa Rengasdengklok. Salah satu peristiwa penting
yang menjadikan Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
Masih berkaitan
dengan konflik antara golongan muda dan golongan tua. peristiwa Rengasdengklok
berawal dari permintaan golongan muda agar mempercepat proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Yakni, agar berlangsung pada tanggal 16 Agustus 1945. Tetapi, hal
itu mendapat penolakan oleh golongan tua. Hal ini karena adanya perintah
terkait Jepang yang harus mempertahankan status quo-nya.
Setelah pertemuan
yang diwakili oleh Wikana dan Darwis tersebut membuahkan hasil penolakan dari
golongan tertua, mereka lalu berkumpul di Asrama Menteng 31. Adapun golongan
muda yang hadir saat itu adalah Surachmat, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Singgih,
Johan Nur, Sutrisno, Mandani, Sampun, Kusnandar, Subadio, Dr. Muwardi, dan
Abdurrahman.
Pertemuan ini
kemudian berujung pada pengamanan Soekarno-Hatta di Rengasdengklok yang
dilakukan oleh Singgih, Sukarni, dan Yusuf Kunto. Di tempat itu, golongan muda
pun mendesak agar Soekarno dan Bung Hatta melakukan proklamasi kemerdekaan
secepatnya. Walaupun awalnya menolak, tetapi setelah berunding bersama Achmad
Soebardjo, Seokarno-Hatta pun bersedia melakukan proklamasi kemerdekaan pada 17
Agustus 1945.
Fase Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Fase berikutnya
setelah proklamasi kemerdekaan berlangsung adalah penyebaran teks proklamasi.
Saat itu, Jusuf Ronodipuro berhasil mengumumkan kemerdekaan Indonesia dengan
pemancar radio baru yang ia buat setelah berhasil menyegel kantor berita Domei
dari Jepang.
Selain melalui
media massa dan radio, penyebaran informasi ini juga dilakukan oleh utusan
daerah yang hadir saat proklamasi kemerdekaan. Seperti, Ketut Pudja dari Sunda
Kecil (Bali), A. Hamidan dari Kalimantan, Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, dan
Sam Ratulangi dari Sulawesi.
Selanjutnya,
naskah proklamasi juga sempat mengalami perubahan. Berikut rinciannya.
Naskah
Proklamasi Klad
Naskah proklamasi
ini merupakan tulisan yang tangan dari Ir. Soekarno di atas selembar kertas.
Teks proklamasi yang dikarang oleh dua tokoh, yakni Achmad Soebardjo dan
Mohammad Hatta ini tidak dibacakan saat proklamasi kemerdekaan. Diah kemudian
menyimpan teks ini, setelah hampir terbuang ke tong sampah di kediaman
Laksamana Muda Tadashi Maeda.
Naskah
Proklamasi Otentik
Naskah proklamasi
otentik merupakan naskah yang Soekarno bacakan saat proklamasi kemerdekaan
berlangsung. Sedangkan, yang mengetik naskah ini adalah Sayuti Melik.
Makna Proklamasi Kemerdekaan Bagi Bangsa
Indonesia
Tidak dapat kita
pungkiri, proklamasi kemerdekaan memiliki makna yang sangat besar bagi bangsa
Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:
- Puncak perjuangan bangsa
Indonesia untuk memerdekakan negaranya setelah terjajah selama
berpuluh-puluh tahun.
- Titik awal terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berakhirnya penjajahan
terhadap Indonesia.
- Merupakan sumber atas hukum yang kini terbentuk di NKRI.
Dengan demikian, dapat kita tarik kesimpulan bahwa sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan perjalanan penting yang harus kita kenang. Karena, proklamasi kemerdekaan merupakan gerbang emas Indonesia untuk meraih cita-cita nasional, seperti apa yang tertera di pembukaan UUD RI 1945.
Posting Komentar untuk "Perjalanan Emas Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia"