Prinsip Dasar dan Pedoman dalam Penulisan Karya Ilmiah

Prinsip Dasar dan Pedoman dalam Penulisan Karya Ilmiah
freepik.com

Karya tulis ilmiah merupakan tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan tertentu. Selain itu, karya ilmiah juga menggunakan bahasa yang baik dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai suatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Oleh karena itu pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar penyusunan karya ilmiah sangatlah penting untuk difahami sebelum memulai membuat sebuah karya ilmiah agar karya ilmiah yang dihasilkan menjadi berkualitas.

Prinsip-Prinsip Dasar Penyusunan Karya Ilmiah

Menulis karya ilmiah memerlukan kemampuan untuk menyampaikan kegiatan dan hasil-hasil penelitian. Hal ini memerlukan instrument untuk menyatakan pendapatnya dengan jelas, dan membuat segenap pikirannya itu berkembang. Bukan hanya penguasaan terhadap bentuk dan gaya penulisan, tetapi juga kualitas yang akan disampaikan. Maka dari itu dalam penyusunan karya tulis ilmiah harus berpedoman terhadap prinsip-prinsip dasar menyusun karya tulis ilmiah, diantaranya sebagai berikut:

  1. Penyajiannya komunikatif, maksudnya teknik penyajiannya mudah dipahami khalayak atau pembaca.
  2. Penyajiannya logis, maksudnya jika pernyataan atau keterangan yang dikemukakan dapat ditelusuri alasannya yang masuk akal.
  3. Penyajiannya sistematis, maksudnya keterangannya disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berkaitan.
  4. Penyajiannya lugas, jika uraiannya disajikan dalam bahasa yang langsung menunjukkan persoalan secara efektif.

Berkaitan dengan penyajiannya yang komunikatif, logis, sistematis, dan lugas maka dalam penulisan karya ilmiah perlu memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Jangan menulis yang tidak relevan dengan topik.
  2. Jangan menggunakan ungkapan-ungkapan basi, dan ungkapan-ungkapan yang berulang.
  3. Jangan menggeneralisasi, jika tidak ada landasan yang kuat.
  4. Jangan menggunakan kata-kata dan ungkapan yang bersifat emosi.

Adapun prinsip yang perlu dikuasai bagi penulis dalam menulis karya ilmiah sebagai berikut:

  1. Dalam angan-angan bayangkanlah pembaca adalah manusia yang spesifik, baik itu nyata maupun imajiner. Para pembaca itu harus diandaikan misalnya sebagai kelompok intelegensi baik yang satu profesi maupun bukan.
  2. Sebelum memulai menulis harus sudah ditetapkan apa tujuan membuat tulisan.  Oleh karenanya tiap-tiap paragraf, tiap kalimat, tiap kata harus jelas dan ikut mengambil bagian dalam isi tulisan secara utuh serta pada saat yang tepat. Dengan kata lain, penjelasan-penjelasannya tidak boleh “salah tempat”.
  3. Menggunakan style dan gaya bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, sudah biasa dipakai dan dikenal umum. Kemudian disusun menurut kaidah-kaidah tata bahasa yang sudah dibakukan.
  4. Berupaya agar tulisan ilmiah yang dibuat nampak menarik, enak diibaca, meskipun tidak harus “nyaman” untuk dibaca.

Menurut Rameli Agam ada beberapa tips yang harus diperhatikan dalam penulisan sebuah karya tulis ilmiah:

  1. Penulis harus paham betul kepada siapa laporan hasil penelitian itu ditujukan. Cara menulis artikel ilmiah disebuah bulletin, majalah, buku, makalah atau surat kabar, akan berbeda-beda aturannya walaupun masalah yang dikemukakan sama.
  2. Semua tahapan proses penelitian harus dikemukakan secara jelas, termasuk alasan-alasan mengapa hal itu dilakukan.
  3. Penulis harus menyadari bahwa pembaca terdiri atas berbagai latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan minat yang berbeda. Sehingga penelitian yang dikemukakan harus jelas dalam konteks pengetahuan secara umum.
  4. Laporan hasil penelitian merupakan unsur pokok dalam proses pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, dalam menulis laporan karya ilmiah, yang terpenting adalah jelas dan meyakinkan.
  5. Sebelum menulis karya tulis ilmiah, terlebih dahulu pahami teori-teori ilmiah, konsep ilmiah, prosedur penelitian ilmiah, dan berpikir secara ilmiah. Ini penting agar tulisan karya ilmiah itu benar-benar sesuai dengan alur penulisan ilmiah, sehingga dapt dibaca dan dipahami oleh orang-orang yang berkecimpung didunia ilmu pengetahuan. Periksa kembali materi karya ilmiah yang akan ditulis baik hasil penelitian lapangan, tes laboratorium atau kajian pustaka, apakah materi tersebut sudah sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan. Tulislah dengan jujur semua data apa adanya. Jangan menambah dengan data lain yang dirasakan tidak perlu. Tulisan karya ilmiah harus sesuai dengan tata bahasa yang baik dan benar.

Pedoman Dalam Penulisan Karya Ilmiah

Hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya ialah :

1. Ejaan yang benar dan spasi

Tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda seru, dan tanda tanya, harus ada spasi.

2. Garis bawah atau cetak miring

Penggunaan garis bawah dalam tulisan karya ilmiah bertujuan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang harus dicetak miring jika tulisan itu diterbitkan. Garis bawah satu dipakai pada anak bab, sub anak bab, kata asing atau kata daerah, judul buku, majalah, surat kabar yang dikutip dalam naskah. Contoh:

a. Anak bab, misalnya:

  • 1) Latar belakang dan masalah
  • 2) Sub anak bab, misalnya:
  • 1.1.1 Latar Belakang
  • 1.1.2 Masalah

b. Kata asing atau daerah

  • Unpradictable “tidak bisa diperkirakan”
  • Ojo dumeh (jawa) “jangan mentang-mentang”

c. Judul buku, majalah, atau surat kabar yang diterbitkan, misalnya: Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Majalah Tempo, dan Surat Kabar Media Indonesia.

3. Pemenggalan Kata

Pemenggalan atau penyukuan sebuah kata dalam penggantian baris, harus membubuhkan tanda kurung (-), dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhkan di bawah ujung baris. Tanda hubung itu dibubuhkan di pinggir ujung baris. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah pemenggalan kata sesuai kaidah penyukuan, bukan masalah kelurusan atau kerapian tulisan ilmiah.

4. Kata Depan

a. Kata "di" sebagai Kata Depan

"Di" yang berfungsi sebagai kata depan harus ditulis terpisah dari kata yang mengiringinya. "Di" sebagai kata depan berfungsi menyatakan arah atau tempat dan merupakan jawaban atas pertanyaan di mana.

Contoh-contoh penggunaan "di" sebagai kata depan:

di kanan di kantor di luar
di dalam di masjid  di pelataran
di atas di sawah di gedung

b. Penulisan di- sebagai Awalan

Di- yang berfungsi sebagai awalan membentuk kata kerja pasif dan harus dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya. Biasanya, kata kerja pasif yang berawalan di- dapat diubah menjadi kata kerja aktif yang berawalan meng-

Contohnya:
diulang berlawanan dengan mengulang
dihayati berlawanan dengan menghayati

c. Penulisan ke sebagai Kata Depan

Ke yang berfungsi sebagai kata depan, umumnya menyatakan arah atau tujuan dan merupakan jawaban atas pertanyaan ke mana.

Misalnya:
ke kiri ke samping ke arah timur
ke sana ke depan ke sekolah

5. Membuat Paragraf

Paragraf adalah batas antara satu ide dengan ide-ide lainnya. Ide atau buah pikiran terwujud dalam kalimat-kalimat. Kumpulan kalimat yang menunjukkan satu bagian pikiran disebut alinea. Kalimat-kalimat dalam satu alinea menunjukkan adanya saling pertalian satu sama lain. Menjadi satu pengertian yang padu. Akan terlihat jalan pikirannya yang sistematis, teratur, tidak loncat-loncat, dan tidak bolak-balik.

6. Pemilihan Kata

Bahasa karya ilmiah perlu dipilihkan kata yang memenuhi syarat baku, lazim, hemat, dan cermat. Penulis karya tulis ilmiah harus memilih kata yang padat isi dan menjauhi pemilihan kata yang berbunga-bunga dan bersayap. Dalam hubungan itu, ada semboyan: Bahasa karangan ilmiah adalah bahasa yang hemat kata dan padat isi.

Kata-katanya pun baku, kata yang baik dan resmi serta dianjurkan pemakaiannya dalam tulisan resmi. Dengan demikian, kata yang tidak resmi yang munculnya secara "liar" dalam masyarakat harus dihindari. Kata-kata dialek, seperti bilang, ngasih, dan bukain tidak digunakan dalam tulisan karya ilmiah.

7. Penulisan Kutipan

Menyisipkan kutipan-kutipan dalam sebuah tulisan ilmiah bukanlah merupakan suatu keaiban. Dengan kutipan sebuah tulisan, akan terkait dengan penemuan-penemuan atau teori-teori yang telah ada. Namun demikian, mengutip dilakukan hanya kalau memang dianggap perlu. Janganlah tulisan kita itu penuh dengan kutipan. Selain itu, kita pun harus bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian, terutama dalam hal kutipan tidak langsung. Ketentuan mengutip:

a. Mengutip kata demi kata, walau hanya beberapa kata, tetapi berurutan maka harus ditulis diantara tanda koma dan menyebutkan sumbernya. Ketentuan ini tidk berlaku untuk penulis abstrak yang terpaksa harus menggunakan kata-kata dalam tulisan aslinya. Juga tidak berlaku untuk kutipan bagian buku yang telah diketahui umum secara luas dan setiap pembaca mengetahui sumbernya, contohnya peribahasa yang lazimdipakai umum, petikan yang diambil dari syair-syair,  atau karangan-karangan atau uraian-uraian orang terkemuka.

b. Mengutip bagian suatu karangan haruslah dilakukan secara cermat dan lengkap. Hati-hati dan  dengan ketelitian yang seksama. Tak ada yang kurang, sehingga tidak menimbulkan salah pengertian.

c. Jika kutipan itu bukan satu kalimat utuh dan panjangnya kurang dari satu baris, maka kutipan tersebut dapat disiapkan dalam bagian uraian pokok dengan tanda pembuka dan penutup.

d. Bila kutipan itu satu kalimat utuh dan panjangnya lebih dari lima baris, maka sebaiknya kutipan diketik dengan huruf–huruf yang lebih kecil dan diatur dalam kolom terbitan yang lebih kecil pula. Dalam hal ini tidak diperlukan tanda buka dan tutup apabila memakai bahasa yang sama dalam tulisan asli.

Mengutip bisa pula diartikan menyadur, yakni cara penuturan dan bentuk tulisan berbeda dari aslinya, namun gagasan-gagasannya sama dengan aslinya. Dalam skripsi, tesis. Dan disetasi, kutipan biasanya berupa saduran, dan kalimat atau bagian kalimat ditulis persis sama. Mengambil idealnya saja, sedangkan cara penyampainnya dan penjelasannya berbeda dari sumber aslinya.

Berhubungan dengan hal tersebut, maka fungsi kutipan adalah sebagai landasan teori; sebagai penjelasan; dan penguat pendapat yang dikemukakan penulis.

8. Catatan Kaki

Pernyataan ilmiah yang digunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu dimuat atau disampaikan, misalnya : buku, makalah, seminar, dll.

Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku dan sebagai penghargaan terhadap karya orang lain. Catatan kaki dipergunakan sebagai :

a. Pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum dalam teks, atau sebagai petunjuk sumber.
b. Tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan.
c. Referensi silang, yakni petunjuk yang menyatakan pada bagian mana atau halaman berapa, hal yang sama dibahas dalam tulisan.
d. Tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima orang lain.

Penomoran catatan kaki menggunakan angka Arab (1,2,3, dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak keatas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor ini dapat berurut untuk setiap halaman, setiap Bab atau seluruh tulisan. Namun sebaiknya untuk lebih efektif berurut untuk seluruh tulisan. Catatan kaki dapat ditempatkan langsung dibelakang bagian yang diberi keterangan (catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks.



Ruang Belajar Channel
Ruang Belajar Channel Education Content Creator

Posting Komentar untuk "Prinsip Dasar dan Pedoman dalam Penulisan Karya Ilmiah"